Jejak sang penjelajah |
Pertama kali saya menyaksikan pemandangan bak scenery yang ada di film The Island yang diperankan oleh LD (Leonardo
Dicaprio). Mungkin kamu juga pernah menonton film tersebut yang menampilkan
latar belakang di sebuah pulau tak berpenghuni. Pemandangannya pun membuat
penonton “ngiler” ingin merasakan sensasi pantai yang dikelilingi pulau-pulau
kecil dengan pasirnya yang putih bersih diisi dengan air biru jernih. Langit
yang membiru serta segerombolan burung berterbangan di langit luas. Luar biasa
ngilernya saya dengan LD, udah ganteng main film di tempat keren! Jadi
ngebayangin saya dan LD berada di tempat seindah itu. Adegan romantis, main
pasir-uruk-urukan pasir, kubur-kuburan pake pasir. Duh romantisnya! (tobaat sambel)
Okey, anyway, tempat yang jadi latar di film The Island yang diperankan
oleh LD itu berada di Thailand tepatnya di Phi-Phi Island. Gara-gara itu film,
Phi-Phi Island sekarang jadi tujuan utama pelancong yang pergi ke Thailand!
Berhasil banget kan tuh LD bikin orang mupeng. Nah, kalo yang punya uang
berlebih atau sengaja nabung untuk menyaksikan kemolekan Phi-Phi Island sambil
membayangkan tokoh Hollywood berkeliweran di spot-spot tertentu bolehlah
bersenang ria. Tapi, buat yang punya kocek pas-pasan yaa jangan sedih
saudara-saudara, ternyata yang punya pulau model si cheeks (pipi) itu gak cuma ada
di Thailand. Enggak perlu lah jauh-jauh, di Indonesia ada kok tempat semacam
itu.
Ada yang pernah mendengar Pulau Sempu? Pulau yang letak administrasinya
di Kabupaten Malang, Jawa Timur? Pulau tersebut memang belum seterkenal Phi-Phi
Island yang dikunjungi ribuan warga dunia setiap tahunnya. Tapi, kecantikannya
tidak kalah kok dengan dengan Phi-Phi. Justru karena belum banyaknya orang
mengetahui dan menjamah Pulau Sempu, keindahannya masih sangat asli. Bagi
backpacker atau trekker, Sempu sangatlah cocok untuk berpetualang sambil
menikmati keindahan dan ketenangan yang jarang adanya apalagi untuk warga kota.
Saat ini, Sempu dinobatkan sebagai kawasan cagar alam karena masih terdapat
binatang langka, seperti macan kumbang dan macan tutul.
Pantai Sempu terlihat dari tebing karang |
Pengalaman saya ke sana bersama rombongan dari pelajar Kampung Inggris
tahun 2012 lalu. Kebiasaan setiap kursusan di Kampung Inggris itu setiap akhir
periode pasti mengadakan jalan-jalan. Nah, sayang seribu sayang kalo tidak
dimanfaatkan dengan baik. Ikutlah saya dalam rombongan ke Sempu. Saya hanya
membayar uang Rp130.000 untuk 3 hari 2 malam. Harga segitu sudah termasuk
transportasi, tenda, makan (mie teruuus), dan sepatu tracking. Bulan Februari
2012 lalu, musim hujan seperti sekarang, saya dan kawan-kawan nekat pergi. Dari
Kediri, kami berangkat pukul 12 malam dan singgah sebentar di Batu, Malang.
Sekitar pukul 3 dini hari kami istirahat di taman bermain Batu. Ada yang tahu
udara Batu seperti apa dini hari gitu? Brrr…dingiiinnyoo seandainya bisa
meringkung, meringkung deh sambil selimutan. Tapi mana bisa di elf yang
bertumpuk manusia. Macam pepes aja kita-kita ini.
Okey, lanjut, perjalanan menuju Sempu sehabis bersih-bersih dan shalat subuh.
Pokoknya kita sampai di dermaga Pantai Sendang Biru menuju Sempu yang jarak
tempuhnya kurang lebih 10 menit menggunakan perahu nelayan yang memang terbiasa
mengangkut wisatwan yang berkunjung ke Pulau Sempu. Anyway, karena kita
berlibur ke pulau yang tidak berpenghuni, segala perabotan pun harus sesuai
dengan medan. Yup! Saya sarankan lebih baik menggunakan ransel lebih fungsional dan aman buat perjalanan.
Pernah saya melihat serombongan orang yang turun dari perahu. Waktu itu,
saya dan rombongan hendak pulang ke Kediri dan kami pun menunggu perahu yang
akan mengangkut. Kami yang berpakaian bak pemacul di sawah karena sekujur
pakaian dan sepatu kami kotor oleh tanah, sedikit aneh melihat rombongan
tersebut yang sama sekali tidak memiliki persiapan apapun. Yang wanita memakai
sandal “cantik” dan tas “cantik” tanpa perbekalan pula. Dikira mau
liburan ke pantai di Bali kali ya! Celetuk mentor kami berkata,”coba tebak
berapa lama dan jauhnya mereka bakal bertahan di tengah medan yang kayak tadi
kita lewatin.” Jleb! Anyway, catatan bagi semua orang kalo
ingin berlibur sebisa mungkin cari informasi terkait tempat yang ingin
dikunjungi. Ingat, jangan sampai salah kostum.
Nah, karena jalan di Sempu tidak semulus jalan tol siap-siap sepatu siap
tempur. Jangan menggunakan sandal jepit terlebih di musim hujan karena ini
bakal nyiksa banget. Biasanya, di dermaga ada penyewaan sepatu khusus trek
seperti Sempu. Waktu itu saya membayar Rp10.000/per pasang dan memang sangat
membantu dibandingkan sepatu biasa. Oiya, bagi pelancong anyar yang melancong
ke Sempu ini jangan pasang wajah “saya turis loh!" Menurut informasi dari obrolan saya dengan warga
setempat, tampang pendatang anyar akan mudah diketahui dan pastinya akan
dikenakan tarif mahal untuk berbagai fasilitas. Kalo bisa, ajak ngobrol penjaga
warung dan warga yang sedang kongkow-kongkow. Mereka baik-baik kok
(berdasarkan pengalaman). Malah mereka memberi banyak informasi terkait Sempu
dan juga tempat wisata lainnya. Berbaur dengan warga setempat itu lebih
menyenangkan daripada merasa sebagai turis eksklusif.
Perjalanan menuju “surga” di tengah pulau Sempu ternyata berat juga kala
itu karena jalanannya becek parah. Bekas jejak kaki pendatang dimana-mana,
ternyata saat itu kami tidak sendirian. Banyak kelompok lain yang hilir mudik.
Perjuangan selama perjalanan terbayarkan dengan pemandangan Sempu yang ciamik.
Sempat merasa bukan di Sempu, tapi di Phi-Phi Island (Sayang ada yang kurang, cowok-cowoknya
enggak ada yang mirip LD). Kamera pun siap beraksi. Siap-siap jepret sana
jepret sini eh tiba-tiba ada yang jepret. Huh, kalo naksir bilang-bilang dong,
Mas! Ternyata yang dia jepret bukan foto saya, tapi monyet-monyet yang
berkeliaran di belakang saya. Sial!
Pasang tenda di tengah deburan ombak di tengah pulau. Segala sesuatu berasa nikmat. Makan mie instan pun terasa makan
spaghetti. Kami sempat menikmati sunrise
di balik tebing yang menjulang. Ternyata di belakang tebing yang kami pijak
adalah lautan luas. Menurut Wikipedia, Pulau Sempu dikepung
Samudera Hindia di sisi selatan, Timur dan Barat. Ombak lautan membentur-bentur tebing sehingga menghasilkan bebunyian
yang horor, tapi ada perasaan syahdu. Benar-benar menikmati alunan musik alam,
perpaduan debur ombak dan kicauan burung ditambah hembusan angin mengibas
jilbab saya.
Di balik tebing curam |
Pose di balik tebing |
Jika sudah merasakan titik syukur demikian, rasanya kita tidak akan
berhenti memuji ciptaan sang Pencipta lebih banyak lagi memuji sang Pencipta.
Di mata kita, pemandangan yang dinikmati dengan gratis ini mungkin biasa karena
kita terbiasa melihat hal indah. Tapi, bagi orang yang tidak memiliki kemampuan
melihat sangatlah mahal. Mungkin saja, mereka akan rela membayar mahal demi satu
menit untuk melihat keindahan alam semisal Sempu. Untuk itu, selama masih bisa
mempergunakan indera secara lengkap. Pergunakanlah dengan sebaik-baiknya.
Rasakan sentuhan demi sentuhan angin yang membelai kulit. Rasakan setiap
getaran suara yang masuk ke telinga. Rasakan wangi tanah, bau dedaun yang basah,
dan asap perapian. Rasakan setiap ecap makanan yang kita rasa di mulut. Nikmat
bukan?
Di dunia saja sudah merasakan indahnya surga, gimana di akhirat ya? Waallahua'lam bishawab
wew, mantap abis keren neng. Jadi pengen ke sana. :D ayoooo mana lagi petualanganmu yang lain :)
BalasHapus